Siang panas membara. Langit biru tak bersahabat. Warung bakso pinggir sungai jadi tempat ngadem Mat Gholil (MG). Kursi bambu, korban utama. Dudukannya meringis, berderit kesakitan menahan bobot 100 kilo lebih. MG seperti biasa, duduk termenung, satu tangan mengelus perut, satu lagi megang korek gas.
Dari kejauhan, suara klakson dua kali—tit.. tit!. Mobil pick-up hitam berdebu berhenti tepat di depan warung.
BF (Bos Fery) turun malas-malasan, bawa bungkusan nasi kucing dan segelas es teh.
MG (melotot):
Hai! Kamu ini datang telat, kayak janji kampanye calon wakil rakyat.
BF (nyengir):
Sabar, Bro. Jalanan macet, penuh baliho Pemilu. Semua ngajak milih, tapi gak ngajak mikir.
MG (geleng-geleng):
Sekarang gini, aku mau tanya serius. Ada nggak menurut kamu, pemimpin yang PANCASILAIS?
BF (berpikir sejenak, lalu ngedumel):
Pancasilais? Hmmm… Mungkin di komik.
MG (ketawa getir):
Atau di lagu pembukaan upacara. Nyanyinya semangat, isinya lupa.
BF (nyeruput es teh):
Tapi katanya semua calon itu berasaskan Pancasila.
MG (merunduk ke arah BF, suara berat):
Ngomong doang, Bro! Nih ya… pemimpin Pancasila itu, katanya:
- Tunduk pada Tuhan. Tapi tiap hari hobinya bikin rakyat nyebut-nyebut Tuhan karena harga naik terus.
- Adil dan beradab. Tapi giliran bagi proyek, adil itu artinya semua kerabat kebagian.
- Demokratis. Tapi rapatnya di ruangan tertutup, keputusan udah jadi sebelum musyawarah dimulai.
- Bijaksana. Tapi kalau disindir dikit langsung lapor polisi.
BF (nahan ketawa, sambil makan nasi kucing):
Berarti kita ini terlalu berharap ya?
MG (berapi-api):
Pemimpin Pancasilais itu ideal. Saking idealnya, dia cuma hidup di buku Pendidikan Pancasila semester satu.
BF:
Lha terus, sistemnya Pancasila kan udah ideal?
MG:
Sistemnya sih iya. Tapi kita ini jago niru bentuk, lupa isi. Dibilang “musyawarah mufakat”, prakteknya: siapa yang paling kuat suaranya, itu yang menang. Dibilang “transparan”, tapi dokumen APBD aja kayak naskah RUU di ruang rahasia.
BF:
Terus? Kita harus apa?
MG (nyengir):
Kita minum kopi, terus nonton berita. Cari hiburan di acara sidang dewan. Daripada stres.
BF:
Masih percaya pemimpin yang Pancasilais?
MG (menatap jauh ke langit):
Aku percaya… kayak aku percaya jodohku itu artis Korea. Ada sih… tapi bukan buatku.
BF: Kalau mau percaya tanya Dr. Joko Nugroho, S.P.AK. MA. hahahahaha……….
BF dan MG tertawa bersamaan. Suara tawanya bikin dua ekor ayam di bawah meja panik dan kabur.