Halo Kota Batu : Masih Darurat Sampah?

oleh -9 views

Kota Batu, Jawa Timur — Di balik kemilau pariwisata dan hijaunya lereng Gunung Panderman, Kota Batu menyimpan satu masalah kronis yang terus membusuk: sampah. Sejak TPA Tlekung resmi digunakan pada tahun 2009, tempat ini telah menjadi satu-satunya titik akhir pembuangan ribuan ton sampah. Namun pada 2017, TPA ini dinyatakan overload. Ironisnya, delapan tahun kemudian, belum juga ada solusi tuntas yang dijalankan secara konsisten.

ilustrasi TPA Tlekung : Doc SP.

Belajar dari Bandung sebelum tragedi Leuwigajah pada 2005—saat 157 orang tewas tertimbun longsor sampah. Baru setelah tragedi itu, Bandung mereformasi sistemnya: menutup TPA Leuwigajah, memindahkan ke Sarimukti, dan menciptakan gerakan sosial seperti Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan). “Bandung memang terlambat, tapi mereka belajar. Kota Batu harus belajar sebelum ada korban,” ujar Ainun Nuraida Fahmi, Warga Jalan Panderman Sisir Kota Batu. Menurut jebolan SMAN 1 Kota Batu ini, problematika sampah bukan sekadar teknis. Tapi menyangkut soal politik anggaran, keadilan sosial, dan perilaku kolektif.

Putri pertama Almarhum Idhamsyah ini menyorot kebijakan anggaran belum menempatkan sampah sebagai prioritas strategis, pelaku usaha wisata belum diwajibkan ikut menanggung beban sampah yang mereka hasilkan, Stigma sosial masih melekat pada pemulung dan petugas kebersihan, padahal mereka garda depan daur ulang dan kebiasaan warga belum mendukung sistem reuse, reduce, recycle (3R)  secara menyeluruh.

Ainun Nuraida Fahmi. Pengusaha UMKM Kota Batu

Ainun yang juga seorang pengusaha bakery & oleh-oleh memahami bahwa Kota Batu adalah magnet wisata. Lebih dari 7 juta wisatawan per tahun datang, menciptakan timbulan sampah ±100 ton per hari. Dari jumlah itu, sebagian besar masih bercampur dan tak terolah. Hanya sebagian kecil yang masuk ke TPA, itupun tanpa sistem sanitary landfill.Fasilitas seperti bank sampah, Tempat Pemrosesan Sampah Reduce, reuse, recycle (TPS3R) , dan komposter tersebar tapi minim koordinasi. Kesadaran memilah sampah di tingkat rumah tangga masih jauh panggang dari api.

Rekaman Suara Pendidikan, pada masa kepemimpinan Wali Kota Dewanti Rumpoko, pengelolaan sampah sempat mendapat sorotan. Tahun 2021. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu menjalin kerja sama pengadaan dua mesin pirolisis, namun hanya satu unit yang benar-benar hadir. Yang lebih disayangkan, mesin yang datang pun tidak beroperasi optimal karena keterbatasan daya listrik dan infrastruktur pendukung. Bahkan satu mesin dikabarkan dipindah diam-diam, memicu kritik DPRD dan publik karena minim transparansi. Akhirul kalam, kasusnya menghilang tanpa ucapan salam.

Masih rekaman Suara Pendidikan, Aries Agung Paewae menggantikan Dewanti Rumpoko sejak 19 Januari 2023. Persoalan sampah tetap menjadi prioritas. Bahkan, Walikota yang berstatus penjabat (Pj) itu tidak mau mengakui bahwa Kota Batu Darurat Sampah. Meskipun faktanya hingga Aries selesai masa jabatannya, sampah belum tertangani dengan baik. Tepat 20 Februari 2025, saat Pelantikan Nurochman-Heli dilantik sebagai Walikota dan Wakil Walikota, Aries mewariskan problematika sampah kepada pemimpin baru. .

Wali Kota Baru, Komitmen Baru: Nurochman dan Janji 100 Hari

ilustrasi TPA Tlekung : Doc SP.

Wali Kota Nurochman (Cak Nur) mengambil alih kendali. Sejak Maret 2025, ia mencanangkan “100 Hari Penuntasan Masalah Sampah”, dengan sejumlah langkah: Yaitu Aktivasi kembali TPA Tlekung sebagai tempat pemrosesan akhir (bukan sekadar pembuangan) dengan 3 unit insinerator dan pembangunan komposter 4 sel (kapasitas 96 ton), Revitalisasi TPS3R: Dari 24 desa/kelurahan, baru 14 yang aktif. Target perluasan dan pembinaan sedang dikebut..Sinergi Pemerintah–Desa–DPRD: Setiap desa mendapat dukungan anggaran hingga Rp 500 juta dari APBD untuk pengelolaan sampah berbasis lokal. Wacana pembentukan Perusahaan Daerah (PD) Pengelolaan Sampah, untuk menjembatani kerja sama jangka panjang dengan dunia usaha dan CSR pariwisata. Namun realisasinya masih menantang. Belum semua TPS3R berjalan optimal. Budaya memilah belum merata. TPA Tlekung masih menunggu penyempurnaan infrastruktur sebelum benar-benar siap menjadi pusat pemrosesan modern.

Ainun Nuraida Fahmi, lulusan Diploma Informatika yang aktif di pendamping sertifikasi halal, kepengurusan UMKM dan seorang ibu rumah tangga, sangat menanti harapan baru dari seorang pimpinan daerah yang asli Kota Batu. Idealnya, lebih peduli dan lebih empati dari pimpinan-pimpinan sebelumnya. Dan sampah adalah prioritas yang tak boleh busuk oleh janji dan harumnya program.

Reporter : Tim Suara Pendidikan

Editor : Jim