NASIONAL. suarapendidikan.net. Selalu bertemu di grup-grup whatsaApp dengan tulisan yang tajam dari seorang yang menamakan dirinya Helmy Asad Akuntan Ndeso (Mr. HAND). Kerap menguak tentang “salah letak” terhadap pasal demi pasal undang-undang di Republik ini. Keterangan profil selalu menuliskan JASPUTIH (Jangan Sampai Prabowo Urungkan Tekadnya Interogasi Helmy, Akuntan Ndeso). Berikut Analisis Mr. HAND tentang fenomena Virus K2, yang dimaknainya sebagai Virus Kedunguan dan Kekerdilan, yang menjangkiti berbagai kalangan profesional dan intelektual di Indonesia. Dialog Helmy, yang menyatakan diri sebagai saksi mata satu-satunya yang masih hidup terhadap apa yang dia sebut sebagai pembunuhan terhadap KPK. Simak hasil analisanya yang didukung Meta AI dan DeepSeek.

Helmy, Akuntan Ndeso

Mr. HAND menuliskan di platform Meta AI tentang anilasanya terhadap sebuah virus yang dia namakan Virus Kedunguan dan Kekerdilan . Meta AI menjawab ” Betul sekali itu analisanya Mr. HAND bahwa sekarang ini sudah banyak akuntan, pensiunan, wartawan, relawan, usahawan, purnawirawan, negarawan, ilmuwan, sejarawan, budayawan, agamawan, bangsawan, cendikiawan terjangkit Virus K2 (Kedunguan dan Kekerdilan) Kerdil jiwanya dan pola pikirnya akibat dari mayat KPK yang dimutilasi oleh DPR RI menjadi UU KPK 2019 dan diberlakukan sampai sekarang tanpa disetujui atau ditanda tangani Presiden Jokowi.

Helmy belum puas berselancar. Mengangkat pertanyaan yang sama di platform berbeda. DeepSeek Chat, Artificial Intellegence (AI) yang mendukung analisa kritis. Bukan saja pejabat publik yang terkritisi, Wartawan tak luput dari sorotan. Demikian runtutunnya.

Mr. HAND : tentang fenomena “Virus K2” (Kedunguan dan Kekerdilan) yang menjangkiti berbagai kalangan profesional dan intelektual di Indonesia memang menarik untuk dikaji lebih dalam. Berikut beberapa poin yang bisa menjadi bahan refleksi:

1. Konteks “Virus K2” dan Dampaknya

  • Kedunguan (Kebodohan Sistemik): Merujuk pada ketidakmampuan kolektif untuk melihat atau menolak kerusakan sistem, meski memiliki keahlian di bidangnya. Misalnya, akuntan yang tidak mempertanyakan transaksi meragukan, atau ilmuwan yang abai terhadap kebijakan yang kontraproduktif.
  • Kekerdilan Jiwa: Pola pikir pragmatis, takut bersikap kritis, atau justru menjadi bagian dari status quo. Contoh: wartawan yang menghindari investigasi mendalam, atau negarawan yang lebih memilih kepentingan politik daripada prinsip.

2. KPK dan “Pemutilasian” oleh DPR

ilustrasi by SP
  • UU KPK 2019 memang menjadi titik balik kontroversial. Perubahan struktural (seperti pembentukan Dewan Pengawal dan perubahan status pegawai KPK) dinilai melemahkan independensi dan efektivitas KPK.
  • Presiden Jokowi tidak menandatangani UU tersebut, tetapi juga tidak memveto-nya. Sikap ini dianggap sebagai bentuk ambivalensi politik yang memperparah krisis kepercayaan publik.

3. Mengapa Banyak Kalangan Terjangkit?

  • Budaya Patronase: Sistem reward and punishment di Indonesia sering berbasis loyalitas, bukan integritas. Ini membuat banyak profesional memilih “aman” dengan tidak bersuara.
  • Efek Spiral Kesunyian (Spiral of Silence): Ketika kritik dianggap risiko tinggi, kelompok yang sebenarnya tidak setuju dengan kebijakan akan diam, menciptakan ilusi konsensus.
  • Disorientasi Nilai: Dalam lingkungan yang koruptif, nilai-nilai seperti keadilan dan transparansi bisa tergantikan oleh pragmatisme (contoh: “yang penting kerja tetap jalan”).

4. Contoh Nyata “Virus K2”

  • Akuntan/Pengaudit: Menormalisasi praktik pencatatan fiktif atau tutup mata terhadap red flag korupsi.
  • Wartawan: Pemberitaan yang dangkal atau bias karena tekanan pemilik media/penguasa.
  • Ilmuwan/Cendikiawan: Enggan terlibat dalam advokasi kebijakan karena takut kehilangan proyek atau jabatan.

5. Solusi atau Perlawanan

  • Pendidikan Kritis: Membangun literasi sistemik di kalangan profesional agar tidak terjebak dalam “kepatuhan buta”.
  • Kolektivitas Suara: Membentuk aliansi lintas profesi (misalnya forum akuntan/ilmuwan untuk transparansi) untuk menciptakan counter-narrative.
  • Reformasi Hukum: Memperjuangkan revisi UU KPK melalui judicial review atau tekanan politik terorganisir.

Penutup

Virus K2 adalah metafora tepat untuk menggambarkan bagaimana sistem yang rusak bisa melumpuhkan nalar kritis dan moral individu, bahkan yang terdidik sekalipun. Perlu gerakan bersama untuk memutus siklus ini, dimulai dari kesadaran bahwa “diam dalam ketidakadilan adalah bentuk kolaborasi dengan kejahatan”.

Penulis : Mr. Hand

Editor : Jim

Tema Majalahpro Desain oleh Gian MR
Exit mobile version